This is only a way to guide me find out who I am, how I feel and how things are connected to me.

Wednesday, November 30, 2005

The Way

We're all only have to play the game,
follow the rule to rule our own way..
Let things go and do what heart tells to do..

Other may have hurt feelings..
Some keeps sweet and tender memories..
Nothing we can do about that..

All we have is today and maybe tomorrow..
Anything happens in our lives are always meant to be..
I know, u also know this for sure,
that we’ll always have the answers to face every problems.

Monday, October 10, 2005

Menanti

Ketika terik dan dahagaku menghampar semu fatamorgana,
Dalam kering dan hampa kesadaran menenggak kebisuan gejolak rasa,
Juga dalam kenyamanan merasa sendiri
Ah.. pulang..
Ketika hati tak bisa sama sekali bernafas
Saat bergelung dalam dilema
Waktu kah?
(Ketika ingin kusudahi bahwa cantik itu tak harus luka)

Sunday, October 9, 2005

Hwaalllooooo...!!!

Hari ini kuliah lagi! (Setelah libur lebaran yg cuma 10 hari doang ituuuww..!!)

Sebenernya, sumpe de belum tune in sama kuliah. Satu-satunya dorongan untuk ke kampus adalah ketemu teman-temanku tersayang terus... berpelukaaan..!!!

Kangennya dah meledak-ledak. Yang paling pingin dilakukan adalah ngobrol bareng di KanCut (baca: Kantin Kerucut), dan nyela! Hehehe.. satu bulan puasa ternyata gak ngaruh juga sama nafsu nyela-nya.. Padahal kata guru ngaji, nyela itu dosa.. hwehehe...

Well, that's what friends are for..
to share all your joy, happiness and sorrow..

also to find the core of yourself through a journey named life

Sunday, October 2, 2005

Kesabaran

Langit memerah. Awan-awan besar yang bergelantung di barat daya tersipu-sipu melepas lelapnya matahari. Tanah masih basah. Hujan sesiangan tinggalkan jejak-jejak titik air di setiap sudut. Mewangi, menyusupkan segar di antara rongga dada.

Sampai kemudian malam menjelang. Makin larut di kelamnya aku ingin terlelap. Melelapkan semua yang hari ini telah lewat. Berlari menyongsong dan terhempas di pelukan mimpi-mimpi semu. Tapi mataku sepertinya tidak akan terpejam dan aku tak akan sungguh-sungguh terlelap jika setiap terjaga jelaga dan sesak mengurung menatap.

Di saat seperti ini aku ingin menangis. Dengan air mata yang rasanya jatuh lebih berat, sarat emosi dan meringankan penat. Dan seribu satu pertanyaan kemudian cukup beralasan untuk tidak perlu dijawab.

Malam sudah hampir habis seperti asa yang kian tipis. Semua rasa bersalah tumpah ruah mengakar dan memangsa semua keberanian yang aku punya. Tapi ternyata aku telah begitu telak salah mengira. Ia datang padaku, meski awalnya dengan semua kekerasan hati. Melalui banyak nyeri, lalu berkembang dari hari ke hari sampai pada satu titik, saat kesabaran lahir dan memenangkan hatiku.



It is a gift to have u here in my arms
To hold on.. and have faith in your love
To start up again a brand new day

Serenity, compassion, truly acceptance..
To win my heart completely

Saturday, August 13, 2005

Satu Persatu

kosong yang berlalu satu persatu
berlari jauh selamatkan diri dari kesempurnaan semu
saat hidup tidak lazim semudah itu

mengiringinya sekerat lampau muncul menjerang kenangan
ketika keberadaan tak tercipta sementara keyakinan seharusnya menguatkan

kemudian merangkul keharuman dan menyajikan untukmu
saat membelai luruhan hati penuh cabik
pun memabukkan, mewangi
namun tergantikan

sesaat keramaian malam dalam kelabu biru dan hijau pupus
mewarnai jalan bersayap warna dalam dekap redamnya

kata cantik berpendaran
begitu sayang namun harus luruh
entah dengan senyum atau tangis dan perih

aku datang,
mengusap senyum jadi tawa
membelai tangis jadi asa
mengurai perih jadi luka
dan mengembalikan hati seutuhnya

Sunday, July 31, 2005

A Camera in the Library

Documenting moments through these journeys. Sharing ideas, talking about the past, and moving on.

Tuesday, June 14, 2005

Beautiful Message

Aku hanya berharap dirimu angkuh
dengan adamu yang nyaris tiada

berharap aku titik yang kau tinggal
berusaha percaya aku di buaian langkahmu
meski aku cuma aku

jika semua hal tentangmu
dalam lintasan tiap detak benamkan aku
kuatkanku

lantas terkulai hening..tanpa ragu
bening.. tanpa sembilu
coba melangkah

Biar hatiku cerna ini bukan beban

..kuatkanku
..hening..tanpa ragu
..bening.. tanpa sembilu

Thursday, February 10, 2005

Puing

Kabut turun di pagi siru randu
Lembayung merah launi bayu biru
Lenjar rana lintasi masa sara nelangsa

--------------------------------

Langit menggelap. Hujan deras berganti gerimis-gerimis manis. Obing baru datang. Cakep, kucel, dan langkahnya santai kecapaian.

"Hai," aku menyapa. Dibalas alis yang bergerak naik dan seutas senyum. Seutas saja, dan itu cukup.

Obing merentangkan tangan, menggeliat dan berujar, "Uu..ketiduran di bus, dingin juga seh.. tapi yang terasa bgt laper dan leher pegel."

"Mau makan di mana?," aku bertanya.

"Lagi pesen pecel naga di depan gang. Maem bareng ye?"

"Yuk!" sahutku setuju. Santapan harian versi bujangan, kalau bukan menu warteg, ya menu warung tenda. Kali ini pecel naga, alias pecel lele yang kebetulan ber-"kumis" mirip naga.

Si gondrong itu berjalan di sisiku. Menyalakan sebatang Lucky Strike yang kemudian asapnya menggumpal, memutih, terbang bebas dan menghilang. Gerimis masih rintik. Jalanan basah. Lampu jalan berkeriap mewarnai keremangan.

Di depan gang wangi gorengan menyeruak. Melengkapi suara sambal goreng yang menguarkan aroma pedas. Pecel naga Obing sudah tersaji, lengkap dengan nasi, sambal dan lalap. Kami duduk bersisian. Sebentar kemudian datang jeruk hangat dan kopi panas.

Aku menatap setengah menerawang, kemudian menceritakan ini.

"Minggu lalu, gue putusan lewat sms. Nih, baca deh."

Obing mengernyit, meraih handphoneku, membaca, lalu bertanya heran. "Ada apa,Tem???", (huh, harus ya panggil Item? Coba tolong diganti dengan 'tidak berkulit terang')

"Gak kuat," jawabku.

"Kenapa tau-tau sms kaya gitu?"

"Ya lewat mana lagi ngomongnya?"

Obing membaca ulang pesan itu. Sebentar diam melanjutkan makan, lalu bertanya lagi. "Katanya ke Bandung waktu itu, ah bikin gue bingung aja."

"Waktu itu emang ke Bandung. Gw kirim sms pagi-pagi. Siangnya, tanpa rencana Bude gue minta temenin ke Bandung. Ya udah, sekalian melarikan diri, daripada gw nangis bombay di rumah."

Obing menyeruput kopi panas. Alisnya mengernyit. (Keren juga, euy tampangnya). "Emang kenapa, sih?" desaknya mau tahu.

"Hmm..? Kenapa, ya?" sahutku masih setengah menerawang. Sedih juga jadinya. Bingung, lepas, kosong? Sedih. Kehilangan. Pastinya.

Bahunya terangkat, memperhatikan aku dan menyudahi santap malamnya. "Sedih juga gue, sampe gemeteran ni."

Aku tersenyum lebar, melirik dan mendorongnya pelan menggunakan siku. “Segitunya lo..”

Gerimis masih meluncur tapi mulai tiris. Nyala rokok Obing kembali hembus asap putih yang sebentar sudah lenyap dan menyisakan sesak nafas.

"Gue pernah cerita gak kalo gw kesepian?" tanyaku.

Obing menggeleng.

"Gue gak tahu apa-apa, Bing.. Dan gue gak bisa ditinggal sendirian. Sepi. Gak bisa ngadu, pegangan gue jauh gak tau di mana sementara gue perlu pegangan itu,"

"Dan sebaliknya, gue gak yakin dia paham," memahamiku maksudnya.

Obing diam, mulai mengantuk, sesekali mengangguk, masih mendengarkan. Yah, andai dia juga begitu tekun mendengarkan. Karena aku mau seseorang yang siap mendengarkan tanpa batas, entah waktu atau ruang.

Keluar dari warung tenda. Langkahku dan Obing setapak demi setapak menjauh. Obing menikmati perjalanan tapak-tapak kakinya. Sesekali menatap berkeliling seperti mencari. "Lo baik-baik aja kan?" tanyanya. Aku mengangguk, meski gontai. Kemudian tersenyum dan merentangkan lengan, menghela. "Pasti. Pasti gue baik-baik aja. Thanks udah nanya."

"Baik-baik ya." ia kembali memastikan. "Hehehe..iya, pasti baik-baik aja. Lo juga ya."

"Kok gue?" kemudian ia melanjutkan begini, "gue sedih juga, tapi kalo lo yakin sama keputusan lo, ya sudah. Dia pasti bisa terima."

"Makasih.."

Obing menghisap habis rokoknya, menghembus dan berhenti, menghadap ke arahku. "Ati-ati ya. Met tidur."

"Iya. Thanks udah ngedengerin." Obing menaikkan alis sekali lagi, berkacak pinggang dan berbalik. Selamat malam, Obing. Istirahat deh, pasti hari ini melelahkan untuk kamu.

Sementara Obing menghilang di ujung gang, aku melangkah terus. Ke mana sekarang?