This is only a way to guide me find out who I am, how I feel and how things are connected to me.
Monday, September 15, 2008
Sejauh mana aku berharga
Cinta tak pernah salah..
Tapi ia mampu membutakan.
Harga yang pantas untuk mu
adalah seseorang yang membuatmu merasa mampu mencintai dirimu
Saturday, August 2, 2008
A Country is Its People.
Once in a year the King gathers the people to celebrate new year. In this annual party people will have an opportunities to meet & greet others, get to know each other, and introduce themselves and what their do, including their business.
It's simple, but nowadays such celebration known as the business of Meeting, Incentive, Congresses Events, where people are able to get to know other people's businesses or professions in specific events. In that series, the King is a symbol of a good government that gives the people the opportunities, and the most important, hopes.
What i got from the series is that we can't let go of hopes. Whether we have the good government or not, the most important thing is the hopes we have. Beside that, I also read a good proverb lately, and it says:
The grand essentials in this life areWill you be a good person and make this country a better place to live? A country is its people. So, wherever you are, you're the one who contribute to the country's character.
something to do,
something to love
and something to hope for.
(-Addison)
Monday, July 28, 2008
It's not always about the salary.
Jadi, ketika subjektivitas muncul, apalagi karena gosip (dan tidak dikonfirmasikan ke orang yang diomongin) saat itulah the most convinient workplace become hell.
So, is it clear enough? It's not always about the salary, though salary is one of the way to know how much the company appreciate your skills.
Well, then... I quit.
Monday, July 21, 2008
KALAU INDONESIA, MAH….
Rumput tetangga tampak lebih hijau. Kalau pun rumput kita lebih hijau, mudah-mudahan rumputnya tetangga enggak bakalan hijau-hijau.
Entah di mana, ada saja komentar yang mengelukan negeri tetangga dan mencibirkan negeri sendiri. Misalnya, menirukan cibiran grup band yang lagi in dalam satu iklan produk telekomunikasi, “di negeri sana mana ada orang buang sampah sembarangan, coba di Indonesia, beeee…!”. Atau, membuat perbandingan yang tidak ada habisnya, “di negeri anu sistem hukumnya bagus, sistem pendidikannya jelas, kesejahteraan karyawan juga diperhatikan, seni budaya dipandang mulia. Bandingin sama di Indonesia, mana buktinya? Perumahan di sana rapi, jalanannya diatur buat pejalan kaki. Udah gitu, taman kota dipelihara supaya nyaman, anak kecil punya tempat main, ibu-ibu lebih terdidik, makanya mereka bisa begini…begitu…bla…bla…bla….”
Maka bayangkanlah setiap kesempatan hanya jadi ajang untuk mengutuki tanah air sendiri. Lantas, kalau semuanya sibuk memaki, siapa yang akan mengulurkan tangan untuk membuang sampah pada tempatnya? Siapa yang akan menciptakan sistem hukum, pendidikan dan ketenagakerjaan yang lebih baik? Siapa yang akan mempelajari dan melestarikan warisan seni dan budaya milik negeri ini?
Mari, coba tengok di sekitar kita. Adakah yang bisa dilakukan untuk memperbaiki negeri ini, mulai dari tangan kita sendiri? Biarlah rumput tetangga lebih hijau dari rumput kita. Kalau perlu, tanyakan saja apa rahasianya? Memang sudah sepatutnya kita belajar dari prestasi orang lain. Mengapa tidak cibiran kita ubah menjadi motivasi? Di Indonesia memang belum banyak taman bermain untuk anak-anak, bagaimana ya cara menciptakannya? Bisakah mall di sulap jadi tempat bermain untuk semua kalangan? Di lingkungan saya masih ada yang buang sampah sembarangan, lantas bagaimana, ya sebaiknya saya mengelola sampah di rumah? Siapa tahu orang lain mencontoh hal baik yang saya lakukan, yang penting saya memulai dari yang bisa saya lakukan.
“Kalau Indonesia, mah ga punya semangat juang, udah keenakan. Mana bisa?”, begitu ketus seorang teman. Ah, jangan percaya! Buktinya teman saya itu - yang berani bilang seperti itu tadi - adalah orang Indonesia yang sedari kecil berjuang habis-habisan supaya bisa sekolah dan mampu merintis bisnisnya sendiri. Apa dia gak ngaca kalau dia adalah satu dari banyak orang Indonesia yang semangat juangnya kobar?
Berkacalah pada diri anda, apa benar anda sudah kehilangan semangat juang? Nyalakanlah sedikit. Perlahan tapi pasti. Dan gerakkan gerigi mesin anda untuk menjadi orang yang lebih berarti. Lalu, kalau rumput kita perlahan jadi lebih hijau atau bahkan jadi yang terhijau sedunia, undanglah tetangga anda datang untuk tahu rahasia anda. Toh, kebaikannya akan jadi milik semua. Tak inginkah anda melihat dunia yang lebih baik demi anak cucu kita?
Mari jadi lebih baik.
Friday, July 11, 2008
. . . .
Tentang menjalani hidup yang baru
Di tengah rumah berlampu kandil
Bertanam bunga yang sudah gumpil*
Cerahmu tak jua berbanding
Bunga sepadan berpadu aura bukan 'tuk sesiapa
Hanya untukmu datang menjelma
Untukmu saja, yang memang tak biasa
Atau: Bertanam bunga sambil mengupil.
Friday, June 20, 2008
Thursday, May 15, 2008
Pencerita
Ia gemuk gempal dan punya kebiasaan menggerak-gerakkan lehernya. Mungkin Tourette syndrom, mungkin juga sekedar sakit leher. Tapi bukan itu yang menempel di otakku tentang ibu guruku yang satu itu, melainkan ceritanya tentang Perang Diponegoro.
Ia pernah bercerita tentang Perang Diponegoro. Tentang Sang Pangeran pahlawan yang ditipu Belanda dan akhirnya tertangkap. Dengan mata membelalak serta tangan yang berayun seirama dengan intonasi suaranya ia berkisah di depan kelas. Bahwa Pangeran Diponegoro tidak takut pada penjajah, bahkan balas melawan dengan kata-kata yang tajam demi membela bangsanya. Aku asyik mendengarkan, mengikuti ceritanya, dan membayangkan sendiri tentang terjadinya peristiwa itu. Ceritanya begitu bersemangat hingga aku tertarik untuk membaca kembali buku pelajaranku.
Ia hanya guru SD biasa. Pekerjaannya mengurusi bocah-bocah kecil supaya nilainya bagus dan kelakuannya apik. Dan aku waktu itu hanya anak SD biasa, yang suka mendengarkan cerita. Namun sampai sekarang masih kuingat benar bagaimana waktu itu ia mengajar tentang sejarah perang kemerdekaan. Meski itu sudah lewat 14 tahun yang lalu.
Nanti aku akan ceritakan juga banyak cerita untuk anak-anakku kelak. Menjadi pencerita yang berbagi kisah tentang apa saja, dan mengajak mereka mengetahui banyak hal dari ceritaku.
Monday, May 12, 2008
Jangan Datang Malam Ini
semua tlah berakhir di hari itu
tak perlu kususun serpihan yang dulu
aku tak bisa membuatnya sempurna
hanya keinginan terbaik bagi kita semuanya
Wednesday, May 7, 2008
Tak Sepadan
-Khairil Anwar-
aku kira
beginilah nanti jadinya:
kau kawin, beranak dan berbahgia
sedang aku mengembara serupa Ahasveros
dikutuk-disumpahi Eros
aku merangkaki dinding buta
tak satu juga pintu terbuka
jadi baik juga kita padami
unggunan api ini
karena kau tidak '
aku terpanggang tinggal rangka
Februari 1943
Thursday, March 13, 2008
Wednesday, March 12, 2008
Jalan Setapak Ini di Mana Ujungnya?
Kaki kecilku sudah melangkah sampai di sini, di jalan setapak ini, yang tepiannya padang rumput menghijau sejauh mata memandang. Sayup sampai terdengar debur ombak di pantai. Kemudian di tepi bukit itu, nun jauh di kananku kadang langit kelabu menyala karena petir berkelindan meski gunturnya tak kunjung sampai kepadaku. Hanya saja terkadang aku seperti merasai bagaimana bergetarnya bumi ketika disentuh Sang Petir: geram, menderu dan seperti suara yang begitu dalam meremang di diriku.
Kembali di jalan setapak ini. Ketika langkahku seperti harus memilih antara berbagai cabang yang entah di mana ujungnya. Di cabang yang samar - yang sekejap akan membawaku berkelana ke dunia yang sama sekali berbeda tanpa sadar. Tapi aku mengharapkan dunia yang berbeda. Aku mengharapkan ada di tempat yang benar-benar memanggilku ke sana. Karena tidak di sini aku berhenti.
Akankah tidak hanya satu dari pilihan ini yang akan menyesatkan? Tapi menyesal karena urung memutuskan akan lebih hina dari menyesal karena telah membuat keputusan. Hatiku pasti lebih kuat untuk memutuskan, misalnya untuk menyukai atau membenci sesuatu di sini, atau untuk pergi atau tinggal di sini. Dan entah aku suka atau benci, aku memilih pergi.
Terimakasih. Sampai di sini sudah cukup.
Thursday, March 6, 2008
Tuesday, January 15, 2008
Kenapa bung Tomo?
Kalau dilihat dari kegemarannya pada olahraga, apalagi yang beregu, bolehlah disimpulkan kalau ia adalah lelaki yang menyukai kompetisi, sportivitas, serta kerjasama tim. Karena itu pula ia kadang-kadang mirip arteeiiiis...! Di mana-mana dan ke mana-mana terancam ketemu teman atau tiba-tiba di sapa orang di tempat yang tak terduga.
Jadi, kenapa sih kali ini ngomongin bung Tomo? Hehehe.. Tunggu aja ya lanjutannya!